Review Film Barbie 2023 – Hayo, siapa yang sudah menonton film Barbie? Pastinya sudah banyak yang menonton ya, khususnya teman-teman perempuan.
Yups, film Barbie memang sedang viral dan banyak mendapat review positif dari berbagai kalangan, khususnya para perempuan. Tidak hanya itu, banyak artis-artis Indonesia juga rela berdandan seperti Barbie dan membuat konten menirukan gaya Barbie di filmnya.
Memang semenarik itu, banyak hikmah positif yang bisa diambil dari cerita dalam film tersebut.
Apa saja hikmahnya? Yuk, kita bahas review film Barbie 2023 lebih lengkap disini.
Baca juga: 6 Keistimewaan Perempuan Menurut Islam, Apa Saja?
A. Film Barbie 2023 Mengangkat Isu Patriarki vs Feminisne
Film Barbie ditampilkan dengan adegan-adegan komedi dari para aktornya, namun dengan mengangkat isu sosial yang cukup serius.
Isu pertama yang diangkat dalam film ini yakni tentang hidupnya patriarki di dunia nyata. Ini dimulai dari kejadian Barbie Stereotipe (Margot Robbie) yang tiba-tiba memikirkan tentang kematian dan mulai muncul masalah selulit serta kakinya yang bisa menapak di tanah.
Dalam dunia Barbie, hal tersebut dianggap sebagai masalah besar dan aneh serta bisa membahayakan kehidupan Barbie. Untuk itu, Barbie pun memutuskan untuk pergi ke dunia nyata demi mencari solusi atas masalahnya.
Namun, setelah sampai di dunia nyata, dia justru menemukan masalah yang lebih besar lagi. Dimana kehidupan perempuan di dunia nyata sangat timpang dibandingkan dalam dunia Barbie Land, sosok perempuan tidak dihormati, dan justru banyak dilecehkan dan direndahkan. (Adegan para pekerja bangunan yang menanyakan tentang alat kelamin dan cara berpakaian)
Dunia nyata sangat berbeda dengan Barbie Land dimana perempuan banyak berkuasa dan bebas berprofesi apapun. Kehidupan di dunia barbie dianggap utopis di mata manusia karena terlalu sempurna untuk perempuan.
Tidak hanya direndahkan oleh laki-laki, beberapa perempuan lainnya pun merendahkannya karena dirinya berpenampilan layaknya Barbie (adegan beberapa anak perempuan yang menghina tampilannya dan membuat Barbie menangis). Sosok Barbie pun sangat dibenci banyak perempuan dalam dunia nyata.
Dalam akhir petualangannya di dunia nyata, Barbie pun ditangkap oleh agen pemerintah dunia nyata (Mattel). Mattel menyuruhnya untuk kembali ke kotak boneka. Barbie pun kaget karena dalam kursi pemerintahan Mattel tidak ada perwakilan perempuan sama sekali. Dan merasa ada yang tidak beres.
Disisi lain, cerita dari petualangan Ken (Ryan Gosling) teman laki-laki Barbie pun menguatkan bahwa konsep Patriarki sangat kuat dan diterapkan di dunia nyata. Hal tersebut yang membuat laki-laki jadi lebih berkuasa daripada perempuan.
Berbeda dari Barbie Land dimana laki-laki (Ken) hanya sebagai pendamping dan pelengkap, sedangkan Barbie lebih banyak berkuasa menjadi pemimpin serta bebas memiliki berbagai profesi.
Ken pun memutuskan untuk kembali ke dunia Barbie dan menerapkan konsep patriarki dalam dunia barbie. Dia membawa buku-buku patriarki dan mensosialisasikannya pada semua Ken.
Mengetahui ada yang tidak beres dengan kehidupan dunia nyata, akhirnya Barbie memutuskan kabur dan kembali ke Barbie Land. Saat kabur, Barbie dibantu oleh seorang ibu yang punya putri (salah satu anak perempuan yang pernah menghina dirinya). Dan ternyata seorang ibu tersebut terhubung dengan barbie stereotipe.
Mereka bertiga pun akhirnya sampai ke dunia Barbie dan terkejut karena banyak perubahan disana. Rumah Barbie pun telah dikuasai oleh para Ken (laki-laki) dan banyak Barbie lainnya berubah memakai baju pelayan.
Para Barbie fokus melayani ken dan rela meninggalkan profesinya sebagai dokter, penulis, ilmuwan, pejabat pemerintahan, dls.
Melihat perubahan besar tersebut Barbie stereotipe pun sangat terpukul dan merasa bahwa perjuangannya selama ini sia-sia. Dia merasa bahwa dirinya sudah berusaha keras menginspirasi para perempuan di dunia nyata agar bisa hidup dengan kemauan nya sendiri dengan berbagai bentuk profesi dan impiannya.
Namun, ternyata saat dunia nyata, dia justru ditinggalkan karena kehidupan Barbie dianggap tidak realistis diterapkan dalam dunia nyata. Dan saat kembali ke Barbie Land pun yang menurutnya adalah dunia impian satu-satunya para perempuan juga sudah berubah dan dikuasai para Ken (laki-laki).
Kesedihannya pun sangat mendalam dan membuatnya berhenti berjuang lagi. Dia pun memutuskan untuk tidur saja dan tidak akan melakukan apapun.
Baca juga: Peran Perempuan Dalam Berbagai Bidang Profesi
B. Mengangkat Persoalan Dilemmatis Seorang Perempuan
Dalam situasi Barbie stereotipe yang menyedihkan tersebut membuat seorang ibu dari dunia nyata tergerak untuk memotivasinya bangkit kembali menyelamatkan dunia barbie.
Dibantu oleh Allan (karakter laki-laki dalam dunia barbie) yang tidak sepakat dengan perubahan kekuasaan di dunia barbie. Akhirnya seorang ibu dan seorang putri dari dunia nyata serta Allan memutuskan kembali ke dunia barbie dan menyadarkan para Barbie akan misinya di dunia Barbie.
Dalam proses menyadarkan kembali misi barbie diciptakan, disini seorang ibu mengungkapkan berbagai persoalan perempuan di dunia nyata.
Perempuan selalu dipaksa dan diposisikan serba salah. Bekerja salah, tidak bekerja salah. Menjadi cantik salah, tidak merawat diri pun salah. Menjadi pemimpin tidak boleh atau dibatasi tapi tidak bisa bergantung juga pada laki- laki. Disuruh mandiri tapi tidak boleh terlalu mandiri. Disuruh merawat anak dengan baik, mengurus rumah dengan baik, tapi juga disuruh bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Menjadi perempun amatlah melelahkan.
Seorang ibu tersebut berharap agar dunia barbie kembali seperti semula sehingga bisa terus menginspirasi/sekadar menghibur perempuan di dunia nyata untuk memperjuangkan hak-haknya.
Seorang ibu menaruh harapan besar pada barbie sterotipe. Dan upaya seorang ibu tersebut pun membuahkan hasil. Barbie stereotipe pun sadar dan mengkoordinasi beberapa temannya untuk melawan Ken dan mengembalikan posisi Barbie seperti semula.
Baca juga: Perempuan Pembelajar, Siapakah Dia?
C. Solusi Konflik
Sutradara Greta Gerwig menyuarakan isu sosial serupa seperti film Lady Bird (2017) dan Little Woman (2019) yang pernah digarapnya sebelumnya.
Dalam adegan terakhir film Barbie, dihadirkan solusi atas konflik antara para Ken yang mengusulkan Patriarki dan para Barbie yang seakan mengangkat nilai-nilai Feminisme dalam Barbie the Land.
Akhirnya para Barbie pun berhasil mengendalikan dunia Barbie kembali. Pemerintahan Barbie Land kembali dipegang oleh para Barbie seperti semula. Namun, setelah adanya konflik dengan para Ken disini Barbie jadi lebih memahami keinginan para ken untuk diakui sebagai laki-laki yang tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap saja.
Menerapkan emansipasi untuk para laki-laki di dunia Barbie. Para Ken pun akhirnya menemukan jati dirinya.
Beberapa barbie kembali ke posisi profesi impian masing-masing.
Namun, Barbie stereotipe justru membuat keputusan yang mengejutkan, dimana dirinya tidak ingin tinggal di dunia barbie. Dia ingin ke dunia nyata dan kembali pada penciptanya (Ruth Handler).
Baca juga: Pilih Mana, Menjadi Perempuan Berkelas atau Perempuan Berpendidikan?
Berdasarkan film Barbie ini, ada sebuah hikmah yang bisa diambil bahwa tatanan sosial yang ideal bisa tercipta ketika laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama. Tidak ada ketimpangan atau berusaha menindas satu sama lain. Baik laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk berkarir, beraktifitas, dan
Itulah sekilas review film Barbie Tahun 2023 versi kami, bagaimana kalau menurut anda?