Perempuan Pembelajar, Siapakah Dia?

perempuan pembelajar

Hai, Perempuan Pembelajar! – Siapa bilang perempuan tidak bisa belajar? buktinya perempuan masih bisa belajar di sekolah sejak SD hingga lulus dari Perguruan Tinggi. Namun, Pertanyaannya, berapa banyak perempuan yang bisa merasakan kenikmatan belajar hingga lulus perguruan tinggi?

Apakah mereka yang telah lulus dari perguruan tinggi masih menggunakan banyak waktunya untuk belajar dan berkarya? Apakah mereka bisa menjadi seorang perempuan pembelajar? atau justru hanya terjebak dalam kegiatan praktis urusan domestik atau rumah tangga seperti cuci baju, antar anak sekolah, memasak, bersih-bersih rumah, melayani suami dan sejenisnya.

Hai, perempuan!, Tahukah kamu kenapa kita harus menjadi seorang perempuan pembelajar? apa yang membedakan perempuan pembelajar dan bukan? yuk, kita bahas.

Masalah-Masalah Perempuan

Sejak zaman dulu sampai sekarang, masalah-masalah yang dihadapi perempuan belum benar-benar terpecahkan dengan baik. Masalah ketidakadilan gender di berbagai belahan bumi manapun masih menjadi berita yang tiada habisnya.

Kasus tentang pelecehan seksual, pemerkosaan, penganiayaan, kekerasan dalam rumah tangga selalu bisa kita dengarkan setiap hari. Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga, tetapi juga di area sekolah, kampus, perkantoran bahkan hingga dalam lingkup institusi pemerintahan.

Budaya patriarki masih sangat kuat, khususnya di Indonesia. Dimana posisi perempuan tidak bisa mengungguli posisi laki-laki baik dalam urusan rumah tangga, pekerjaan atau karir, ataupun kenaikan jabatan dalam sebuah institusi.

Banyak sekali perempuan yang memutuskan untuk meninggalkan karir dan pekerjaannya demi untuk menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga. Posisi sebagai ibu rumah tangga dianggap sebagai win win solution bagi para perempuan untuk menghindari perselisihan dengan pasangan. Ego perempuan harus ditekan demi menyelamatkan hubungan pernikahan.

Sudah menjadi rahasia umum jikalau perempuan menikah (wanita) tugasnya sebagai ibu rumah tangga sedangkan laki-laki menikah (pria) tugasnya bekerja. Tidak hanya itu, pembagian tugas tersebut dianggap sebagai solusi yang paling tepat.

Namun, kenyataannya. Posisi tersebut pada kebanyakan kasus justru menimbulkan berbagai persoalan besar untuk perempuan. Pihak perempuan akhirnya menjadi lemah baik secara ekonomi, kemampuan atau skill untuk berkarir dan bertahan hidup, dan sangat bergantung pada laki-laki.

Ketika seorang perempuan ditinggalkan oleh seorang laki-laki (pasangan) baik karena perceraian ataupun meninggal dunia, banyak dari mereka yang tidak siap. Mereka sulit bangkit menjalani hidup normal kembali, apalagi untuk memenuhi kebutuhan perekonomian dirinya dan keluarganya.

Selama menikah, waktu mereka habis untuk menyelesaikan urusan kerumahtanggaan sehingga membuat mereka tidak meluangkan waktu untuk belajar dan mempersiapkan hal-hal yang tidak diinginkan (ditinggal pasangan).

Dengan adanya berbagai persoalan-persoalan perempuan diatas, sudah saatnya kita para perempuan untuk lebih mempersiapkan diri. Meluangkan waktu secara terencana untuk menjadi perempuan pembelajar sehingga siap menghadapi berbagai dinamika kehidupan kedepannya.

Menjadi Perempuan Pembelajar

Menghadapi permasalahan diatas, ada salah satu cara yang bisa dilakukan oleh para perempuan dimanapun yakni dengan menjadi “Perempuan Pembelajar”. Kenapa? karena tidak setiap perempuan memahami hak dan kewajibannya sebagai perempuan, khususnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan punya misi mulia.

Lantas apa dan bagaimana menjadi perempuan pembelajar?

Pengertian Perempuan

Arti kata perempuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan istilah untuk jenis kelamin yang berlawanan dengan laki-laki. Yang membedakan antara perempuan dan laki-laki terutama dalam hal kepemilikan sistem reproduksi, dimana memiliki ovarium, uterus dan vagina yang bisa menghasilkan sel telur (sel gamet). Selain itu, perempuan memiliki kemampuan untuk menstruasi, kehamilan, kelahiran, menyusui, sedangkan laki-laki tidak.

Istilah perempuan banyak digunakan untuk segala umur dan segala golongan. Untuk perempuan yang sudah menikah biasanya menggunakan istilah wanita.

Berdasarkan pengertian diatas, sangat jelas bahwa yang membedakan perempuan dengan laki-laki hanya dari ciri-ciri fisiknya, khususnya kepemilikan sistem reproduksi. Tidak ada yang membedakan perempuan dan laki-laki dari segi kecerdasan, kemampuan belajar dan pemecahan masalah, kemampuan bekerja dan berkarir, dan lainnya.

Siapa Perempuan Pembelajar?

Perempuan merupakan manusia yang juga mendapatkan fitrah akal dari Sang Pencipta seperti halnya laki-laki. Dengan adanya kenikmatan akal tersebut tentunya menjadikan perempuan juga memiliki hak dan kewajiban dalam menggunakannya secara optimal.

Mereka yang menggunakan akal dan pikiran secara optimal akan menghasilkan karya-karya pemecahan masalah dan memberikan banyak manfaat untuk sekitarnya. Agar manusia bisa menghasilkan karya pemecahan masalah dibutuhkan proses belajar yang continue (terus menerus). Semakin banyak proses belajar dilalui, maka semakin solutif karya yang diciptakan.

Mereka yang menghabiskan banyak waktunya untuk terus belajar dan menciptakan berbagai pemecahan masalah itulah yang disebut sebagai manusia pembelajar.

Menjadi perempuan pembelajar tentunya tidak lain menjadi manusia pembelajar, dimana mendedikasikan hidupnya untuk terus berproses dan belajar menciptakan pemecahan masalah, tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk orang lain.

Perempuan bisa belajar berbagai ilmu seperti ilmu ekonomi dan bisnis, akuntasi atau keuangan, parenting, kecantikan, spiritual dan self development, politik, hukum, seni, dan lain sebagainya.

Tidak harus belajar semua ilmu, tetapi yang terpenting adalah ilmu yang dipelajari berorientasi untuk pemecahan masalah baik untuk diri sendiri, keluarga, perusahaan, organisasi maupun masyarakat sekitar.

Yuk, Raih Mimpi Menjadi Perempuan Pembelajar!

Merubah mindset menjadi manusia pembelajar memang tantangan tersendiri bagi para perempuan. Bagi perempuan menikah (wanita), kesibukannya banyak digunakan untuk urusan kerumahtanggaan hingga menghentikan keinginan untuk terus belajar dan berkarya.

Bagi perempuan yang belum menikah (gadis, anak cewek), sering terjebak dalam doktrin ‘kepercumaan’ untuk memiliki waktu belajar panjang dan berkarya. Doktrin tersebut pun sudah ditanamkan sejak mereka masih kecil. Mereka kebanyakan sudah hopeless dan menggambarkan dirinya hanya sebagai kancah wingking.

Jika kamu menghadapi tantangan diatas, kamu tidak perlu khawatir, kamu bisa bergabung dengan komunitas perempuan pembelajar untuk berbagi solusi atas setiap masalah belajarmu.

“Mereka yang mau dan rela belajar adalah mereka yang sadar bahwa dirinya adalah Manusia” – Satia Aranta